Cari Blog Ini
Sabtu, 17 Desember 2016
Profil
welcome to My Blog guys... :)
mohon bimbingannya yaa kakak-kakak blogger, semoga bisa mengembangkan blog ini lebih baik lagi..
Semoga bisa !!! I Believe I Can Do It.
Never Give Up and Fighting !! :)
Sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu
Nama saya : Asni Furoida
Ttl : Pekalongan, 03 Oktober 1996
Alamat :
Simbang Kulon Gang 4, Rt.20, Rw.07, Kecamatan Buaran, Kabupaten
Pekalongan. Jawa Tengah.
Riwayat
Pendidikan :
TK Muslimat Simbang Kulon
MI Salafiyah Simbang
Kulon
MTS Salafiyah Simbang
Kulon
MAS
Salafiyah Simbang Kulon
Dan sekarang saya sedang menempuh S1 Jurusan Tarbiyah, Prodi
Pendidikan Agama Islam (PAI) di IAIN Pekalongan.
Sekian dulu yaaa
perkenalan dari saya,,,Semoga bermanfaat.. :)
wassalamualaikum,,,, :)
Senin, 12 Desember 2016
Senin, 05 Desember 2016
Kamis, 01 Desember 2016
ketentuan sholat jumat
Shalat Jumat
1. Shalat Jum’at
a. Pengertian dan Hukum
Shalat Jum'at adalah shalat wajib dua rakaat yang dilakukan
sesudah khutbah di waktu duhur pada hari Jum'at.
Hukum shalat Jum'at adalah fardhu 'ain (kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat) bagi laki-laki yang sudah dewasa, berakal sehat, merdeka dan tidak sedang musafir.
Firman Allah SWT.
Hukum shalat Jum'at adalah fardhu 'ain (kewajiban bagi setiap muslim yang telah memenuhi syarat) bagi laki-laki yang sudah dewasa, berakal sehat, merdeka dan tidak sedang musafir.
Firman Allah SWT.
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ اَمَنُوْااِذَا
نُوْدِيَ لِلصَلَوةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْاِلَى ذِكْرِاللهِ
وَذَرُواالْبَيْعَ
Wahai orang=orang yang beriman! apabila telah diseru untuk
melaksanakan shalat pada hari Jum'at, maka segeralah
kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli.... (QS. Al-Jumu'ah : 9).
Shalat Jum'at tidak wajib bagi wanita, anak-anak, hamba sahaya,
orang sakit dan yang sedang dalam perjalanan.
الْجُمعَةُ
حَقٌّ وَاجِبٌ عَلىَ كُلِّ مُسْلِمٍ فِيْ جَمَا عَةِ اِلاَّاَرْبَعَةٍ
عَبْدُ مَمْلُوْكٌ اَوْمَرْأَةٌ اَوْصَبِيٌّ أَوْ مَرِ يْضٌ
Jum'at itu hak dan wajib dikerjakan oleh setiap orang Islam dengan
berjama'ah, kecuali empat macam orang/golongan, yaitu hamba sahaya, perempuan,
anak-anak dan orang sakit. (H.R. Abu Dawud)
b. Syarat Wajib Shalat Jum'at :
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Laki-laki
5. Bermukin (tidak sedang bepergian/musafir).
6. Merdeka
7. Sehat badan
8. Tidak ada halangan
Adapun mereka yang dianggap berhalangan sebagai berikut:
1. Sakit
2. Dalam perjalanan
3. Hujan lebat (jika turun hujan lebat yang tidak dapat diatasi,
seperti banjir, tidak ada fasilitas
nya, dan lain-lain
Kesulitan-kesulitan lain yang tidak memungkinkan untuk shalat
Jum’at, seperti takut ada perampok, binatang buas, kebakaran, dan
sebagainya.
c. Syarat Sah Shalat Jum’at
Diadakan di daerah pemukiman baik di desa maupun di kota. Dilakukan pada waktu dzuhur (pada hari jum’at).
كا ن يصلى الجمعة حين تميل الشمس
كا ن يصلى الجمعة حين تميل الشمس
· Dikerjakan secara
berjama’ah. Dikerjakan sesudah
khutbah
.
.
3) Rukun Shalat Jum'at
Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah setiap perkataan atau
perbuatan yang akan membentuk hakikat shalat. Jika salah satu rukun
ini tidak ada, maka shalat pun tidak teranggap secara syar’i dan juga tidak
bisa diganti dengan sujud sahwi.
Meninggalkan
rukun shalat ada dua bentuk.
Pertama: Meninggalkannya
dengan sengaja. Dalam kondisi seperti ini shalatnya batal dan tidak sah dengan
kesepakatan para ulama.
Kedua: Meninggalkannya karena lupa atau tidak tahu. Di sini ada
tiga rincian,
1.
Jika mampu untuk mendapati rukun
tersebut lagi, maka wajib untuk melakukannya kembali. Hal ini berdasarkan
kesepakatan para ulama.
2.
Jika tidak mampu mendapatinya lagi,
maka shalatnya batal menurut ulama-ulama Hanafiyah. Sedangkan jumhur ulama
(mayoritas ulama) berpendapat bahwa raka’at yang ketinggalan rukun tadi menjadi
hilang.
3.
Jika yang ditinggalkan adalah
takbiratul ihram, maka shalatnya harus diulangi dari awal lagi karena ia tidak
memasuki shalat dengan benar.
Rukun
pertama: Berdiri bagi yang mampu
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صَلِّ قَائِمًا ، فَإِنْ لَمْ
تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا ، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ
“ Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak
mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah
dengan tidur menyamping.”[1]
Rukun
kedua: Takbiratul ihram
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ
وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِي مُ
“ Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang
mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang
menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”[2]
Yang dimaksud dengan rukun shalat adalah ucapan takbir
“Allahu Akbar”. Ucapan takbir ini tidak bisa digantikan dengan ucapakan
selainnya walaupun semakna.
Rukun ketiga: Membaca Al Fatihah di Setiap Raka’at
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ
بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
“ Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang
yang tidak membaca Al Fatihah.”[3]
Rukun keempat dan kelima: Ruku’ dan thuma’ninah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada
orang yang jelek shalatnya (sampai ia disuruh mengulangi shalatnya beberapa
kali karena tidak memenuhi rukun),
ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعً
ا
“ Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah
ketika ruku’.”[4]
Keadaan minimal dalam ruku’ adalah membungkukkan badan dan tangan
berada di lutut.
Sedangkan yang dimaksudkan thuma’ninah adalah keadaan tenang di
mana setiap persendian juga ikut tenang. Sebagaimana Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada orang yang jelek shalatnya
sehingga ia pun disuruh untuk mengulangi shalatnya, beliau bersabda,
لاَ تَتِمُّ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ
حَتَّى يُسْبِغَ … ثُمَّ يُكَبِّرُ فَيَرْكَعُ فَيَضَعُ كَفَّيْهِ عَلَى
رُكْبَتَيْهِ حَتَّى تَطْمَئِنَّ مَفَاصِلُهُ وَتَسْتَرْخِىَ
“ Shalat tidaklah sempurna sampai salah seorang di antara
kalian menyempurnakan wudhu, … kemudian bertakbir, lalu melakukan ruku’ dengan
meletakkan telapak tangan di lutut sampai persendian yang ada dalam keadaan
thuma’ninah dan tenang.”[5]
Ada pula ulama yang mengatakan bahwa thuma’ninah adalah sekadar
membaca dzikir yang wajib dalam ruku’.
Rukun keenam dan ketujuh: I’tidal setelah ruku’ dan thuma’ninah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang
yang jelek shalatnya,
ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ
قَائِمً ا
“ Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal)
dan thuma’ninalah.”[6]
Rukun kedelapan dan kesembilan: Sujud dan thuma’ninah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada orang
yang jelek shalatnya,
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا
ا
“ Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah
ketika sujud.”[7]
Hendaklah sujud dilakukan pada tujuh bagian anggota badan: [1,2]
Telapak tangan kanan dan kiri, [3,4] Lutut kanan dan kiri, [5,6] Ujung kaki
kanan dan kiri, dan [7] Dahi sekaligus dengan hidung.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الْجَبْهَةِ
– بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ – وَأَشَارَ وَالْيَدَيْنِ ، وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ
“ Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian
anggota badan: [1] Dahi (termasuk juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan
tangannya), [2,3] telapak tangan kanan dan kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri,
dan [6,7] ujung kaki kanan dan kiri. ”
Rukun kesepuluh dan kesebelas: Duduk di antara dua sujud dan
thuma’ninah
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ
سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
“ Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika
sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian
sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika sujud.”[8]
Rukun keduabelas dan ketigabelas: Tasyahud akhir dan duduk tasyahud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا قَعَدَ أَحَدُكُمْ فِى
الصَّلاَةِ فَلْيَقُلِ التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ
…
“ Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud)
dalam shalat, maka ucapkanlah “at tahiyatu lillah …”.”[9]
Bacaan tasyahud:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ
وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“ At tahiyaatu lillah wash sholaatu wath thoyyibaat.
Assalaamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullahi wa barokaatuh. Assalaamu
‘alaina wa ‘ala ‘ibadillahish sholihiin. Asy-hadu an laa ilaha illallah, wa
asy-hadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluh.” (Segala ucapan penghormatan
hanyalah milik Allah, begitu juga segala shalat dan amal shalih. Semoga kesejahteraan
tercurah kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat Allah dengan segenap
karunia-Nya. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan hamba-hamba
Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
dengan benar selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya) [10]
Apakah
bacaan tasyahud “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi” perlu diganti dengan
bacaan “assalaamu ‘alan nabi”?
Al
Lajnah Ad Da-imah (Komisi Fatwa di Saudi Arabia) pernah ditanya,
“ Dalam tasyahud apakah seseorang membaca bacaan “assalamu
‘alaika ayyuhan nabi” atau bacaan “assalamu ‘alan nabi”?
‘Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan bahwa para sahabat dulunya sebelum Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam wafat, mereka mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan
nabi”. Namun setelah beliau wafat, para sahabat pun mengucapkan “assalamu ‘alan
nabi”.
Jawab:
Yang lebih tepat, seseorang ketika tasyahud dalam shalat
mengucapkan “assalamu ‘alaika ayyuhan nabi wa rohmatullahi wa barokatuh”.
Alasannya, inilah yang lebih benar yang berasal dari berbagai hadits. Adapun
riwayat Ibnu Mas’ud mengenai bacaan tasyahud yang mesti diganti setelah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam wafat –jika memang itu benar riwayat yang shahih-,
maka itu hanyalah hasil ijtihad Ibnu Mas’ud dan tidak bertentangan dengan
hadits-hadits shahih yang ada. Seandainya ada perbedaan hukum bacaan antara
sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan setelah beliau
wafat, maka pasti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang akan
menjelaskannya pada para sahabat.
Yang menandatangani fatwa ini adalah Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz
sebagai Ketua, Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai Wakil Ketua, Syaikh ‘Abdullah
bin Qu’ud dan ‘Abdullah bin Ghodyan sebagai anggota)[11]
Rukun keempatbelas: Shalawat kepada Nabi setelah mengucapkan
tasyahud akhir[12]
Dalilnya adalah hadits Fudholah bin ‘Ubaid Al Anshoriy. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang yang berdo’a
dalam shalatnya tanpa menyanjung Allah dan bershalawat kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau mengatakan, “Begitu cepatnya ini.” Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan orang tadi, lalu berkata
padanya dan lainnya,
إذا صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد الله
والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء
“ Jika salah seorang di antara kalian hendak
shalat, maka mulailah dengan menyanjung dan memuji Allah, lalu bershalawatlah
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdo’a setelah itu semau
kalian.”[13]
Bacaan
shalawat yang paling bagus adalah sebagai berikut.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ،
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“ Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali
Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun
majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa barrokta
‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid.”[14]
Rukun
kelimabelas: Salam
Dalilnya
hadits yang telah disebutkan di muka,
مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الطُّهُورُ
وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“ Yang mengharamkan dari hal-hal di luar shalat adalah ucapan
takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan salam. ”[15]
Yang termasuk dalam rukun di sini adalah salam yang pertama.
Inilah pendapat ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan mayoritas ‘ulama.
Model
salam ada empat:
1. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam ke
kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
2. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah wa barokatuh”,
salam ke kiri “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah”.
3. Salam ke kanan “Assalamu ‘alaikum wa rohmatullah”, salam
ke kiri “Assalamu ‘alaikum”.
4. Salam sekali ke kanan “Assalamu’laikum”.[16]
Rukun keenambelas: Urut dalam rukun-rukun yang ada
Alasannya karena dalam hadits orang yang jelek shalatnya,
digunakan kata “tsumma“ dalam setiap rukun. Dan “tsumma” bermakna
urutan.[17]
3) Rukun Jum’at
Rukun jum’at adalah seatu gerakan atau bacaan yang
harus dilaksanakan, sehingga bila ditinggalkan maka shalat jum'atnya tidak sah.
adapun yang termasuk rukun jum'at adalah :
a.
Khatib, lazimnya sekaligus menjadi
imam
b.
Jama'ah Jum'at Khutbah dua kali serta
duduk di antara keduanya.
c.
Shalat Jum'at dua rakaat dengan
berjamaah.
c. Syarat Khutbah Jum’at
1) Khutbah dilaksanakan pada waktu
dzuhur.
2) Khutbah dilaksanakan dengan berdiri bila mampu.
3) Khatib harus duduk sebentar di antara dua khutbah.
4) Khatib suci dari hadats dan najis.
5) Khatib harus menutup aurat.
6) Suara khatib dapat didengar oleh jama’ah.
7) Tertib
2) Khutbah dilaksanakan dengan berdiri bila mampu.
3) Khatib harus duduk sebentar di antara dua khutbah.
4) Khatib suci dari hadats dan najis.
5) Khatib harus menutup aurat.
6) Suara khatib dapat didengar oleh jama’ah.
7) Tertib
d. Rukun Khutbah Jum’at
1) Mengucapka pujian kepada Allah
SWT.
2) Mengucapkan kalimat syahadatain.
3) Membaca shlawat atas Nabi.
4) Berwasiat atau memberi nasihat untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
5) Membaca ayat suci Al-Qur’an pada salah satu dua khutbah.
6) Berdoa pada khutbah kedua untuk untuk kaum muslimin dan muslimat.
2) Mengucapkan kalimat syahadatain.
3) Membaca shlawat atas Nabi.
4) Berwasiat atau memberi nasihat untuk bertaqwa kepada Allah SWT.
5) Membaca ayat suci Al-Qur’an pada salah satu dua khutbah.
6) Berdoa pada khutbah kedua untuk untuk kaum muslimin dan muslimat.
e. Sunnat Jum’at
1. Sunnat Khutbah.
a. Dilakukan di atas mimbar
b. Memberi salam pada khutbah pertama
c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
d. Khutbah tidak terlalu panjang atau terlalu pendek
e. Khatib menghadap jama’ah
2 . Sunnat Sebelum Shalat Jum’at
a. Mandi
e. Khatib menghadap jama’ah
2 . Sunnat Sebelum Shalat Jum’at
a. Mandi
b. Memotong kuku
c. Berpakaian rapi dan bersih.
d. Segera menuju masjid.
e. Memakai wangi-wangia
f. Berdoa ketika menuju atau masuk masjid.
Langganan:
Postingan (Atom)